Jpnn24

Website Berita Online Paling Update

EntertainmentPolitik

Jurnalis Asal China Yang Di Penjara Karena Liputan COVID-19

Jurnalis Asal China Yang Di Penjara Karena Liputan COVID-19

Jurnalis Asal China Zhang Zhan Yang Telah Di Penjara Selama Empat Tahun Akan Di Bebaskan Pada Senin 13 Mei 2024. Ia merupakan seorang jurnalis warga negara China yang di kenal karena mengungkap fakta terkait penanganan pandemi COVID-19 di Wuhan pada tahun 2020. Ia di penjara setelah membagikan sebuah video yang memperlihatkan situasi yang tegang dan sulit di Wuhan saat pandemi baru-baru ini merebak. Pada saat itu, pemerintah China menyatakan bahwa situasi di Wuhan sudah terkendali dengan baik. Tetapi, video yang di bagikan oleh Zhang Zhan mengungkapkan sebaliknya. Dalam video tersebut, terlihat kerumunan pasien yang sakit di rumah sakit yang penuh sesak. Tetapi, kondisi yang berbeda jauh dari gambaran resmi pemerintah. Zhang Zhan berani menghadirkan perspektif independen yang jarang terdengar pada saat itu. Hal ini, di mana media resmi cenderung mengikuti narasi yang di tetapkan oleh pemerintah.

Upaya Zhang Zhan untuk menyuarakan kebenaran ini tidak datang tanpa risiko. Ia di tangkap dan akhirnya di jatuhi hukuman penjara selama 4 tahun karena “menyebarkan desas-desus dan mengganggu keteraturan publik”. Namun, tindakan berani jurnalis asal China ini telah memberikan sorotan terhadap keadaan sebenarnya di lapangan. Serta, juga mendorong perdebatan mengenai transparan dan kebebasan berekspresi di China. Selama masa tahanannya, Zhang Zhan menghadapi tekanan dan kritik yang kuat. Hal ini baik dari dalam negeri maupun dari komunitas internasional yang mengadvokasi hak asasi manusia. Banyak yang melihatnya sebagi simbol perlawanan terhadap sensor dan kontrol informasi yang ketat di China, di mana kebebasan pers terus menjadi isu kontroversial.

Meskipun di penjara, jurnalis asal China ini terus menjadi simbol perjuangan bagi kebebasan berekspresi dan transparansi di China. Kebijakan tegas pemerintah terhadap jurnalils dan pembatasan informasi memunculkan pertanyaan tentang kebebasan pers dan hak asasi manusia di negara tersebut.

Jurnalis Asal China Zhang Menderita Secara Fisik Akibat Penolakan Makan Dan Minum Selama Berhari-Hari

Pada bulan Desember 2020, Zhang Zhan di jatuhi hukuman penjara selama 4 tahun atas tuduhan mengganggu ketertiban umum. Serta, menciptakan masalah, dakwaan yang sering di gunakan oleh pemerintah China untuk menindas akvitis dan mereka yang menyuarakan pendapat berbeda. Mantan pengacara Zhang mengungkapkan bahwa kliennya di hukum karena membagikan informasi kepada media yang di anggap sebagai musuh oleh pemerintah China. Zhang, seorang jurnalis asal China yang berani dan kontroversial, telah di kenal karena melaporkan situasi di Wuhan saat merebaknya pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020. Ia berbagi video yang memperlihatkan kerumunan pasien yang sakit di rumah sakit Wuhan yang penuh sesak. Di satu sisi, gambaran yang sangat berbeda dari narasi resmi pemerintah yang menyatakan bahwa situasi telah terkendali.

Selama masa tahanannya, jurnalis asal China Zhang melakukan mogok makan berulang kali. Hal ini sebagai bentuk protes terhadap vonisnya dan perlakuan yang ia terima di penjara. Ia menurunkan berat badannya drastis hingga di bawah 41 kilogram sebagai dampak dari tindakan mogok makan ini. Keputusan untuk melakukan mogok makan bukanlah hal yang ringan. Terutama, di dalam lingkungan penjara yang keras. Jurnalis Asal China Zhang Menderita Secara Fisik Akibat Penolakan Makan Dan Minum Selama Berhari-Hari. Untuk memaksa makanan masuk ke tubuhnya, Zhang bahkan harus di beri makan secara paksa melalui selang nasogastric, dengan tangannya di ikat agar tidak bisa melepaskan selang tersebut.

Tindakan Zhang untuk memprotes vonisnya dan ketidakadilan yang ia alami menarik perhatian dunia internasional. Hal ini khususnya terhadap situasi kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia di China. Kasus Zhang juga menyoroti tantangan yang di hadapi oleh para jurnalis independen. Serta, juga aktivis di China yang berani menyuarakan kebenaran meskipun menghadapi tekanan dan risiko hukuman. Meskipun di balik jerusi besi, Zhang Zhan tetap menjadi simbol perlawanan terhadap sensor informasi dan pembatasan kebebasan berbicara di China.

Mengkritik Cara Pemerintah China Menangani Wabah Di Wuhan

Menurut laporan dari media, dalam salah satu videonya, Zhang Zhan menunnjukkan kondisi rumah sakit yang sesak di mana pasien terpaksa berbaring di koridor karena kekurangan tempat tidur. Selain itu, terdapat laporan bahwa krematorium terus beroperasi secara terus-menerus, selama 24 jam sehari. Hal ini menunjukkan tingginya jumlah kematian akibat pandemi COVID-19 di Wuhan. Jurnalis asal China ini secara terbuka Mengkritik Cara Pemerintah China Menangani Wabah Di Wuhan, menyebutnya di penuhi intimidasi dan ancaman. Ia dengan berani mengungkapkan pandangan ini dalam video yang di kutip oleh The Guardian, di mana ia menegaskan pentingnya kebenaran dalam menghadapi situasi krisis seperti pandemi. Dalam kata-katanya, “Tanpa fakta, semuanya menjadi tidak ada gunanya. Jika kita tidak bisa mendapatkan kebenaran atau memecahkan monopoli kebenaran, dunia tidak memiliki arti lagi kita”.

Dengan tindakan ini, Zhang Zhan tidak hanya menyoroti ketidakpuasan terhadap tindakan pemerintah. Tetapi, juga menantang klaim resmi bahwa pemerintah telah berhasil mengendalikan penyebaran wabah dengan baik. Video-video yang di bagikannya memberikan gambaran yang jauh dari narasi resmi yang di coba di pertahankan oleh pemerintah China. Namun, keberanian jurnalis asal China ini untuk memberikan suara terhadap ketidakadilan ini datang dengan konsekuensi serius. Ia di jatuhi hukuman penjara selama 4 tahun atas tuduhan mengganggu ketertiban umum dan menciptakan masalah. Hal ini yang sering kali di gunakan oleh pemerintah China untuk meneakan aktivis dan pembangkang.

Kisah jurnalis asal China Zhang Zhan menjadi sorotan global yang menggarisbawahi pentingnya kebebasan berekspresi. Serta, juga akses terhadap informasi yang benar dalam menjaga akuntabilitas pemerintah dan menghadapi krisis kesehatan masyarakat. Perjuangannya juga menyoroti tantangan yang di hadapi oleh para jurnalis independen dan pembela hak asasi manusia di China yang berani menghadapi tekanan dan mempertahankan kebenaran dan keadilan.

Zhang Belum Tentu Mendapatkan Kebebasan Sepenuhnya

Meskipun akan segera di bebaskan, para aktivis khawatir bahwa Zhang Belum Tentu Mendapatkan Kebebasan Sepenuhnya. Mereka pasti khawatir Zhang masih akan di pantau atau gerakannya di batasi oleh pemerintah China. Amnesty International dan Human Rights Watch telah menyerukan kepada Beijing untuk memastikan bahwa setelah di bebaskan, jurnalis asal China Zhang benar-benar dapat menikmati kebebasan yang sebenarnya. Hal ini termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dan bergerak tanpa pengawasan.

Mantan pengacara Zhang menguraikan dua kemungkinan nasibnya setelah di bebaskan. Pertama, Zhang mungkin di izinkan pulang langsung ke rumah. Alternatifnya, Zhang bisa menghadapi hukuman ringan berupa tahanan rumah selama 1-3 bulan. Dalam hal ini yang di mana gerakannya akan di batasi dan ia di larang berkomunikasi dengan dunia luar.

Kasus jurnalis asal China ini juga menyoroti masalah yang masih ada terkait kurangnya pertanggungjawaban China atas upanya menyembunyikan informasi awal tentang pandemi COVID-19. Seorang pendukung Zhang di Inggris menarik paralel antara situasinya dengan Lin Zhao, seorang pembangkang yang di eksekusi selama Revolusi Kebudayaan karenak pandangannya yang kritis terhadap pemerintah. Pemerintah China di harapkan untuk bertindak dengan transparansi dan memberikan Zhang kebebasan sepenuhnya setelah pembebasannya dalam hal sebagai Jurnalis Asal China.

Exit mobile version