Jpnn24

Website Berita Online Paling Update

Teknologi

Perangkat Defibrillator Punya Peran Menjaga Keselamatan Pasien

Perangkat Defibrillator Punya Peran Menjaga Keselamatan Pasien

Perangkat Defibrillator Digunakan Untuk Memulihkan Irama Jantung Yang Normal Pada Seseorang Yang Mengalami Aritmia. Terutama Yang Menyebabkan Serangan Jantung Mendadak. Defibrillator bekerja dengan cara mengirimkan kejutan listrik ke jantung melalui elektroda yang di tempatkan di dada pasien. Kejutan ini menghentikan aktivitas listrik yang tidak normal di jantung. Sehingga, memungkinkan sistem listrik jantung untuk mereset dan memulai kembali dengan irama yang teratur.

Ada beberapa jenis defibrillator, termasuk defibrillator eksternal otomatis (AED), defibrillator manual dan defibrillator implan (ICD). AED adalah perangkat yang di rancang untuk digunakan oleh orang awam dengan sedikit atau tanpa pelatihan medis. Perangkat ini secara otomatis menganalisis ritme jantung pasien dan memberikan kejutan listrik jika di perlukan. AED biasanya di temukan di tempat-tempat umum seperti bandara, pusat perbelanjaan dan puskesmas, untuk memberikan respons cepat dalam situasi darurat jantung. Defibrillator manual, di sisi lain, digunakan oleh dokter yang terlatih, seperti paramedis dan dokter di rumah sakit. Perangkat ini memungkinkan pengguna untuk secara manual memilih tingkat energi kejutan dan waktu pengiriman kejutan. Sehingga, memberikan kontrol yang lebih besar dalam situasi medis yang lebih berar. Defibrillator manual sering digunakan di ruang gawat darurat, ambulans dan unit perawatan intensif.

Sedangkan, Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) adalah jenis defibrillator yang di tanamkan di dalam tubuh pasien. ICD digunakan untuk pasien yang berisiko tinggi mengalami aritmia yang mengancam nyawa. Perangkat ini terus-menerus memantau ritme jantung dan secara otomatis memberikan kejutan listrik jika mendeteksi irama jantung yang berbahaya. ICD dapat memberikan intervensi cepat dan efektif untuk mencegah kematian mendadak pada pasien dengan kondisi jantung yang serius.

Penggunaan yang tepat dari Perangkat Defibrillator dapat meningkatkan peluang bertahan hidup seseorang yang mengalami serangan jantung mendadak. Namun, di butuhkan edukasi dan pelatihan penggunaan Perangkat Defibrillator untuk memastikan bahwa orang awam dapat memberikan pertolongan pertama yang efektif dalam situasi darurat jantung.

Manfaat Perangkat Defibrillator Di Pasang Pada Pasien

Manfaat Perangkat Defibrillator Di Pasang Pada Pasien untuk mengatasi dan mencegah gangguan irama jantung yang berpotensi mengancam nyawa. Seperti fibrilasi ventrikel dan takikardia ventrikel. Kedua kondisi ini menyebabkan jantung berdebar tidak teratur dan tidak efektif memompa darah ke seluruh tubuh. Sehingga, dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak segera di tangani. Defibrillator bekerja dengan memberikan kejutan listrik ke jantung untuk menghentikan aktivitas listrik yang tidak normal, sehingga jantung mungkin kembali ke irama normal.

Pasien yang memiliki riwayat serangan jantung, gagal jantung atau kondisi jantung lainnya yang meningkatkan risiko aritmia membutuhkan pemasangan defibrillator implan (ICD). ICD di pasang di dalam tubuh pasien, biasanya di bawah kulit dekat tulang selangka, dengan elektroda yang terhubung langsung ke jantung. Perangkat ini memantau ritme jantung secara terus-menerus dan dapat memberikan kejutan otomatis jika mendeteksi aritmia yang berbahaya. Sehingga memberikan perlindungan jangka panjang bagi pasien yang berisiko tinggi.

Defibrillator juga dapat di pasang pada individu yang telah mengalami serangan jantung mendadak dan berhasil di selamatkan. Setelah kejadian tersebut, pasien mungkin berisiko mengalami kejadian serupa di masa depan. Dalam situasi ini, pemasangan ICD dapat menjadi langkah pencegahan yang penting untuk memastikan bahwa jika aritmia berulang. Namun, perangkat Defibrillator bisa digunakan dalam situasi darurat di luar rumah sakit melalui penggunaan defibrillator eksternal otomatis (AED). AED di rancang untuk digunakan oleh orang awam di tempat-tempat umum seperti bandara, pusat perbelanjaan dan puskesmas. Keberadaan AED di lokasi-lokasi ini memungkinkan pertolongan pertama yang cepat dan efektif saat seseorang mengalami serangan jantung mendadak. AED di lengkapi dengan panduan suara dan visual yang memandu pengguna melalui proses analisis ritme jantung dan memberikan kejutan jika di perlukan. Sehingga, meningkatkan peluang bertahan hidup pasien sebelum bantuan medis tiba.

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah prosedur darurat yang dilakukan oleh seseorang. Prosedur ini dilakukan untuk mempertahankan aliran darah dan oksigen ke otak dan organ vital lainnya saat jantung seseorang berhenti berfungsi. CPR adalah kombinasi dari kompresi dada dan pemberian napas buatan, yang bertujuan untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan mengembalikan sirkulasi normal. Prosedur ini sangat penting dalam situasi darurat seperti serangan jantung mendadak atau henti jantung. Jika seseorang tidak responsif dan tidak bernapas atau hanya terengah-engah, tindakan CPR harus segera di mulai. Langkah pertama adalah memanggil bantuan medis darurat dan jika mungkin, meminta seseorang untuk membawa Automated External Defibrillator (AED). Setelah itu, kompresi dada di mulai dengan meletakkan kedua tangan di tengah dada pasien dan memberikan tekanan kuat dan cepat. Pada umumnya sekitar 100-120 kompresi per menit. Kompresi ini membantu memompa darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Selain kompresi dada, pemberian napas buatan juga merupakan bagian penting dari CPR. Setelah 30 kompresi dada, dua napas buatan di berikan dengan menutup hidung pasien, membiarkan mulut terbuka dan meniup udara ke dalam mulut hingga dada pasien naik. Proses ini membantu memasukkan oksigen ke dalam paru-paru dan memastikan aliran oksigen ke otak dan organ vital lainnya. Jika pelaku CPR tidak terlatih dalam pemberian napas buatan atau merasa tidak nyaman melakukannya, mereka dapat fokus pada kompresi dada saja.

Jadi, yuk mulai ketahui cara melakukan cpr atau rjp agar kita dapat menolong seseorang yang mengalami henti jatung. Baik untuk keluarga sendiri, teman ataupun seseorang yang sedang darurat. Dengan demikian, kita bisa memberikan pertolongan pertama sebelum kedatangan pihak ambulans.

Elektroda Di Hubungkan Ke Perangkat Defibrillator

DC shock atau direct current shock digunakan untuk mengembalikan irama jantung yang normal dengan memberikan kejutan listrik langsung ke jantung. Teknik ini umumnya digunakan dalam kondisi gawat darurat, seperti fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel. Khususnya Ketika jantung berdebar tidak teratur dan tidak efektif memompa darah. Dengan memberikan kejutan listrik terkontrol, DC shock dapat menghentikan aktivitas listrik yang tidak normal. Sehingga, memungkinkan jantung untuk mereset dan memulai kembali dengan ritme yang teratur.

Proses DC shock di mulai dengan menempatkan dua elektroda pada dada pasien. Elektroda Di Hubungkan Ke Perangkat Defibrillator yang akan mengirimkan arus listrik langsung ke jantung. Sebelum memberikan kejutan, tim medis akan memastikan bahwa kondisi pasien benar-benar memerlukan intervensi ini melalui analisis ritme jantung. Kejutan listrik kemudian di berikan dengan menekan tombol pada defibrillator, yang mengalirkan arus listrik melalui elektroda dan melalui jantung pasien. Kejutan listrik yang di berikan oleh DC shock bekerja dengan menghentikan semua aktivitas listrik di jantung untuk sejenak. Setelah kejutan, jantung biasanya akan memulai kembali aktivitas listrik dengan pola yang lebih teratur. Dalam banyak kasus, satu kejutan sudah cukup untuk mengembalikan irama jantung yang normal, tetapi kadang-kadang beberapa kejutan mungkin di perlukan dalam menggunakan Perangkat Defibrillator.

Exit mobile version