Sejarah Perayaan Halloween
Sejarah Perayaan Halloween Yang Kini Menjadi Fenomena Global

Sejarah Perayaan Halloween Yang Kini Menjadi Fenomena Global

Sejarah Perayaan Halloween Yang Kini Menjadi Fenomena Global

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Sejarah Perayaan Halloween
Sejarah Perayaan Halloween Yang Kini Menjadi Fenomena Global

Sejarah Perayaan Halloween Berawal Dari Festival Kuno Bangsa Keltik Bernama Samhain, Yang Di Rayakan Setiap 31 Oktober. Untuk menandai akhir musim panas dan awal musim dingin. Mereka percaya bahwa pada malam itu roh orang mati kembali ke dunia. Sehingga di lakukan ritual seperti menyalakan api unggun dan memakai kostum untuk mengusir roh jahat. Kemudian, ketika agama Kristen menyebar, Gereja menetapkan 1 November sebagai Hari Semua Orang Kudus (All Saints’ Day). Dan malam sebelumnya disebut All Hallows’ Eve, yang akhirnya berubah menjadi Halloween.

Di Arab Saudi perayaan ini di larang karena di nilai tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan di anggap memiliki unsur pemujaan setan. Pemerintah setempat bahkan menerapkan sanksi bagi mereka yang ikut merayakan atau menyebarluaskan perayaan Halloween. Tentunya dengan alasan untuk menjaga stabilitas sosial dan moralitas masyarakat. Larangan serupa ternyata juga berlaku di negara-negara seperti Rusia dan Tajikistan. Di Rusia, Halloween seringkali dianggap sebagai pengaruh Barat yang dapat mempengaruhi budaya dan tradisi lokal. Bahkan banyak sekolah di Rusia tidak mengizinkan Sejarah Perayaan Halloween karena beberapa kalangan menganggapnya dapat menumbuhkan minat terhadap hal-hal mistis.

Termasuk dengan okultisme yang bertentangan dengan ajaran agama di sana. Sementara di Tajikistan, pemerintah melarang perayaan ini dengan alasan melindungi generasi muda. Apalagi dari apa yang mereka anggap sebagai perayaan yang tidak bermoral dan tidak sesuai dengan identitas nasional. Kemudian jika dilihat di beberapa negara Asia seperti Jepang dan Korea Selatan Halloween tidak secara resmi dilarang. Namun tetap terdapat pro dan kontra dari masyarakatnya. Sejarah Perayaan Halloween di Jepang bahkan lebih menjadi acara budaya tanpa kaitan dengan tradisi spiritual atau keagamaan.

Sejarah Perayaan Halloween Berakar Dari Festival Samhai

Namun ada beberapa kekhawatiran tentang meningkatnya perilaku yang tidak terkontrol dan keramaian berlebih saat Halloween berlangsung. Sementara di Korea Selatan perayaan Halloween pada beberapa tahun terakhir mulai di pandang sebagai aktivitas yang perlu dikendalikan. Tentunya demi ketertiban umum terutama setelah insiden kerumunan pada perayaan Halloween di Itaewon. Nah setelah mengetahui beberapa negara yang melarang Halloween. Maka kita akan lanjut membahas bagaimana tradisi ini berkembang. Sejarah Perayaan Halloween Berakar Dari Festival Samhain yang di rayakan oleh bangsa Celtic di Eropa.

Festival ini menandai akhir musim panen dan di mulainya musim dingin. Yang di mana sudah di anggap sebagai masa ketika dunia orang hidup dan dunia roh berada dalam posisi paling dekat. Sehingga orang-orang Celtic percaya bahwa pada malam 31 Oktober, roh orang yang telah meninggal kembali ke dunia. Jadi untuk melindungi diri dari roh jahat, mereka mengenakan kostum seram serta menyalakan api unggun besar. Oleh karena itu tradisi ini bertahan selama berabad-abad hingga akhirnya disesuaikan dan di perkenalkan ke Amerika Serikat oleh para imigran Eropa.

Selanjutnya pada abad ke-8 gereja Katolik memperkenalkan “All Saints’ Day” atau Hari Semua Orang Kudus yang jatuh pada tanggal 1 November. Hari ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan kepada para martir Kristen. Malam sebelumnya yaitu 31 Oktober disebut sebagai “All Hallows’ Eve” yang kemudian menjadi Halloween. Gereja berharap festival Kristen ini dapat menggantikan perayaan Samhain meskipun unsur-unsur budaya dari kedua perayaan tersebut akhirnya bercampur. Misalnya seperti tradisi mengenakan kostum untuk mengusir roh jahat yang masih berlanjut hingga sekarang. Lalu di Amerika, Halloween berkembang menjadi acara yang lebih komersial dan berfokus pada hiburan.

Acara Besar Yang Melibatkan Berbagai Elemen Budaya Pop

Pada abad ke-19 kegiatan seperti “trick or treat” mulai populer di Amerika Serikat sebagai aktivitas untuk anak-anak. Yang di mana mereka mengenakan kostum dan mengunjungi rumah-rumah untuk mendapatkan permen. Lambat laun Halloween berubah menjadi Acara Besar Yang Melibatkan Berbagai Elemen Budaya Pop yang kini di rayakan dengan dekorasi seram, pesta kostum. Termasuk berbagai acara yang menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia meski tidak semua negara merayakannya. Pasti teman-teman di Indonesia bertanya-tanya kan apakah halloween ada di indonesia?, maka itu simak penjelasan ini ya.

Halloween sendiri ternyata tidak memiliki akar budaya yang kuat di Indonesia. Namun begitu popularitasnya kian meningkat terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bali. Dalam beberapa tahun terakhir Halloween di rayakan oleh kalangan muda sebagai bagian dari tren global. Tentunya yang di pengaruhi oleh film, media sosial dan budaya populer dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Perayaan ini biasanya di adakan di klub malam, kafe atau pusat perbelanjaan dengan acara bertema Halloween. Misalnya seperti pesta kostum, dekorasi seram dan aktivitas “trick or treat” yang di adaptasi sesuai budaya lokal.

Jadi meski banyak yang merayakannya, tidak semua orang Indonesia merespons positif. Beberapa masyarakat menganggap Halloween sebagai perayaan asing yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan tradisi lokal. Ada pula pandangan bahwa Halloween tidak mencerminkan nilai-nilai spiritual atau keagamaan yang di anut di Indonesia. Namun bagi sebagian orang Halloween hanyalah kesempatan untuk berkumpul bersama teman atau keluarga dan berkreasi dengan kostum unik. Sehingga perayaannya tidak membawa dampak negatif atau bertentangan dengan norma. Seiring perkembangan waktu, Halloween di Indonesia mulai di adaptasi dengan cara yang lebih lokal dan ramah keluarga.

Banyak Sekolah Internasional Atau Lembaga Pendidikan Mengadakan Acara Tersebut

Banyak Sekolah Internasional Atau Lembaga Pendidikan Mengadakan Acara Tersebut dengan fokus edukatif seperti mengajarkan tentang budaya dari negara lain. Selain itu Halloween juga menjadi kesempatan bagi bisnis ritel dan hiburan untuk menawarkan produk atau acara bertema khusus. Meskipun begitu Halloween di Indonesia acara halloween masih lebih terfokus sebagai acara hiburan semata. Jadi tidak sama jika di bandingkan dengan perayaan spiritual atau budaya sebagaimana di negara-negara Barat. Nah setelah beberapa penjelasan di atas, kita juga akan menelusuri mengapa perayaan halloween di larang di beberapa negara.

Perayaan Halloween di larang di beberapa negara ternyata karena di anggap bertentangan dengan nilai-nilai budaya, agama atau moral masyarakat setempat. Halloween yang berakar dari tradisi Barat khususnya dari budaya Keltik dan Eropa ini seringkali mengandung unsur-unsur supernatural. Termasuk simbol-simbol yang berkaitan dengan hantu, penyihir dan makhluk mistis lainnya. Beberapa negara Muslim seperti Arab Saudi dan Malaysia melarang perayaan Halloween karena di anggap tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Alasan lainnya karena acara tersebut dapat mempengaruhi moral generasi muda. Selain itu simbol-simbol yang di asosiasikan dengan Halloween juga di khawatirkan membawa pengaruh budaya asing yang dapat mengikis identitas budaya lokal.

Misalnya seperti kostum seram atau ritual “trick or treat”. Lalu di samping itu ternyata ada juga alasan sosial dan keamanan yang membuat beberapa pemerintah melarang Halloween. Karena di beberapa tempat, perayaan Halloween seringkali di kaitkan dengan pesta yang berlebihan. Termasuk yang namanya penggunaan alkohol atau vandalisme yang dapat memicu gangguan ketertiban umum. Maka itu pemerintah di beberapa negara Asia seperti Singapura membatasi perayaan Halloween di area tertentu untuk mencegah dampak negatif tersebut. Jadi artinya bagi banyak pihak, larangan Halloween di ambil sebagai langkah untuk menjaga Sejarah Perayaan Halloween.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait